Belajar dari Temasek Hingga 1MDB, Apakah Danantara Akan Sukses atau Gagal?

Belajar dari Temasek Hingga 1MDB, Apakah Danantara Akan Sukses atau Gagal?
Belajar dari Temasek Hingga 1MDB, Apakah Danantara Akan Sukses atau Gagal?

VINANSIA.COM - Indonesia kini punya lembaga investasi negara baru: Danantara. Modal awalnya tembus Rp1.000 triliun, dan diproyeksikan bakal mengelola aset lebih dari Rp14.700 triliun. 

Ambisinya besar: jadi mesin penggerak ekonomi, seperti Temasek di Singapura atau Khazanah Nasional di Malaysia. 

Masalahnya, lembaga seperti ini bisa jadi berkah, bisa juga jadi malapetaka. Sejarah sudah menunjukkan, ada yang melesat, ada juga yang tersungkur.

Sukses: Temasek

Tahun 1974, Singapura melahirkan Temasek Holdings. Banyak yang skeptis—negara sekecil itu mau kelola dana triliunan? Lima dekade kemudian, skeptisisme itu terbukti salah. Temasek kini jadi raksasa investasi dengan portofolio global lebih dari SGD 400 miliar (sekitar Rp4.600 triliun).

Apa rahasianya? Profesionalisme dan disiplin bisnis. Temasek nggak diganggu tangan-tangan politik. Mereka investasi di perusahaan yang memang layak. Kalau BUMN yang mereka pegang lelet, ya dilepas. Nggak ada cerita perusahaan merugi terus disubsidi demi jaga gengsi.

Pertanyaannya, apakah Danantara bisa meniru ini? Bisa, asal punya nyali untuk bilang "tidak" pada kepentingan politik.

Setengah Sukses: Khazanah Nasional dan Beban Politik

Malaysia punya Khazanah Nasional, dibuat tahun 1993. Awalnya keren, aset negara bertambah, investasi di mana-mana. Tapi lama-lama politik mulai ikut campur.

Contoh paling nyesek? Malaysia Airlines. Maskapai ini sering rugi tapi tetap disuntik dana Khazanah. Uang rakyat habis untuk perusahaan yang nggak kompetitif. Begini jadinya kalau urusan bisnis malah jadi urusan "kasihan" dan gengsi nasional.

Kalau Danantara mau selamat, jangan jadi Khazanah kedua. BUMN yang terus-terusan merugi, ya biarkan saja tenggelam. Nggak perlu jadi pahlawan kesiangan.

Gagal Total: Skandal 1MDB

Kalau bicara soal lembaga investasi yang hancur lebur, 1MDB adalah juaranya. Malaysia bikin 1MDB dengan dalih memajukan ekonomi. Hasilnya? Miliaran dolar malah nyasar ke rekening pribadi pejabat tinggi, dipakai beli properti mewah, lukisan mahal, sampai produksi film Hollywood.

Akhirnya skandal ini terbongkar, rakyat Malaysia yang harus nombokin. Pelajaran buat Danantara? Transparansi itu bukan slogan, tapi benteng pertahanan terakhir.

Contoh Lain: Abu Dhabi vs Venezuela

1. Mubadala (Abu Dhabi) – Diversifikasi yang Sukses

Abu Dhabi bikin Mubadala untuk kurangi ketergantungan pada minyak. Mereka investasi di teknologi, kesehatan, energi terbarukan. Hasilnya? Portofolio ratusan miliar dolar, ekonomi yang lebih stabil.

2. Fonden (Venezuela) – Jalan Menuju Kebangkrutan

Venezuela punya Fonden, niatnya sih buat kelola uang minyak. Nyatanya? Duitnya habis buat subsidi populis dan proyek ambisius yang akhirnya ambyar. Begitu harga minyak jatuh, Venezuela ikut terjun bebas ke jurang krisis.

3. Norway's Government Pension Fund – Disiplin dan Transparansi

Norwegia punya sovereign wealth fund yang terbesar di dunia, lebih dari US$1,4 triliun. Apa kuncinya? Mereka nggak gampang menghambur-hamburkan uang. Semua investasi dilakukan dengan transparansi tinggi, dan hasilnya bermanfaat bagi generasi mendatang.

4. Kazakhstan's Samruk-Kazyna – Raksasa dengan Masalah Tata Kelola

Kazakhstan membentuk Samruk-Kazyna sebagai superholding BUMN. Awalnya terlihat menjanjikan, tetapi terlalu banyak intervensi pemerintah membuat lembaga ini kehilangan efektivitasnya. Alih-alih menguntungkan, malah jadi beban negara.

Pelajaran untuk Danantara

Dari semua cerita di atas, ada beberapa hal yang harus digarisbawahi:

1. Jangan Biarkan Politik Masuk

Kalau Danantara mau sukses, keputusan bisnisnya harus murni, nggak boleh dicampuri kepentingan pejabat.

2. Jangan Jadi Bank BUMN yang Sakit

Lihat Malaysia Airlines, rugi terus tapi tetap dikasih duit. Jangan sampai Danantara ikut-ikutan jadi lembaga penyelamat yang malah ikut tenggelam.

3. Pengawasan Ketat Itu Wajib

Kasus 1MDB membuktikan kalau lembaga investasi negara bisa jadi alat korupsi kalau dibiarkan tanpa pengawasan.

4. Jangan Taruh Telur di Satu Keranjang

Mubadala berhasil karena diversifikasi, Venezuela bangkrut karena terlalu tergantung pada minyak.

5. Transparansi Bukan Formalitas

Contoh Norwegia menunjukkan bahwa pengelolaan dana publik harus dilakukan dengan standar tertinggi.

Danantara Bisa Jadi Apa Saja, Tergantung yang Pegang

Danantara ini ibarat pisau. Bisa dipakai buat motong daging, bisa juga buat nyabet diri sendiri. Mau jadi Temasek yang keren? Bisa. Mau nyungsep seperti 1MDB? Itu juga pilihan.

Singapura butuh 50 tahun buat bikin Temasek jadi raksasa. Indonesia jangan mimpi bisa punya Danantara yang sukses dalam semalam. Yang penting, dari awal harus jelas: ini lembaga bisnis, bukan alat politik. Kalau tidak, siap-siap saja jadi headline berita korupsi berikutnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index