VINANSIA.COM – Tahun 2025 mencatat sejarah baru bagi China. Negara tersebut berhasil meraih surplus perdagangan lebih dari US$1,07 triliun hanya dalam 11 bulan pertama.
Angka ini adalah rekor dunia, belum pernah dicapai negara lain dalam sejarah perdagangan modern.
Yang menarik, pencapaian ini terjadi meski ekspor ke Amerika Serikat anjlok sekitar 29% akibat tarif tinggi dan perang dagang.
Namun, ekspor keseluruhan tetap tumbuh ±5,9% YoY pada November 2025, berkat strategi diversifikasi pasar ke Eropa, Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin.
Dari Luar Terlihat Kuat
Gambaran eksternal menunjukkan kapal penuh kontainer, angka ekspor naik, dan surplus tahunan pecah rekor. China tampak sebagai mesin ekspor global yang tak tergoyahkan.
Realita Ekonomi Domestik
Namun, kondisi dalam negeri jauh berbeda:
- Konsumsi domestik lesu: retail sales hanya naik ±1,3% YoY pada November 2025.
- Produksi industri melambat: tumbuh ±4,8% YoY, laju terlemah dalam 15 bulan terakhir.
- Investasi turun: fixed asset investment merosot ±2,6% YoY, perusahaan menahan belanja untuk pabrik dan proyek besar.
- Properti melemah: harga rumah baru turun 0,4% MoM dan 2,4% YoY, bahkan di beberapa kota besar anjlok hingga –5,8% YoY.
Paradoks yang Terlihat
- Ekspor luar negeri: kuat, rekor dunia, mesin global tetap berjalan.
- Ekonomi domestik: rapuh, konsumsi rendah, investasi tertahan, properti melemah.
China menunjukkan kekuatan luar biasa di pasar global, tetapi tenaga dalam negeri belum pulih. Paradoks ini menegaskan bahwa surplus perdagangan tidak otomatis mencerminkan kesehatan ekonomi secara menyeluruh.