VINANSIA.COM - Namanya tak setenar Tesla, BYD, atau bahkan Xiaomi. Tapi Skyworth adalah raksasa senyap dari Tiongkok. Ia bukan startup baru yang iseng merambah dunia kendaraan listrik.
Ia adalah perusahaan teknologi matang yang lahir dari industri televisi, lalu berevolusi—pelan tapi pasti—menjadi pemain otomotif dengan pendekatan khas: teknologi tinggi, harga bersaing, dan strategi global yang tidak biasa.
Langkah ekspansi terbarunya? Indonesia.
Pada 27 Agustus 2024 lalu, Skyworth Auto resmi menandatangani kerja sama strategis dengan Polytron, perusahaan teknologi milik Djarum Group.
Dalam kerja sama ini, keduanya akan membangun pabrik perakitan kendaraan listrik sistem KD (Knock-Down), mengembangkan produk bersama, dan melokalkan sistem hardware dan software untuk pasar Indonesia.
Lokasi pastinya memang belum diumumkan secara resmi. Tapi Polytron diketahui memiliki fasilitas manufaktur di beberapa titik, termasuk di Kudus dan Demak, Jawa Tengah.
Maka besar kemungkinan, salah satu kota tersebut akan menjadi pusat produksi awal dari proyek besar ini.
Tapi, siapa sebenarnya Skyworth?
Didirikan pada tahun 1988 oleh Huang Hongsheng, Skyworth bermarkas di Shenzhen—kota industri teknologi tinggi yang sering disebut sebagai Silicon Valley-nya China. Mereka memulai bisnis dari produksi televisi warna.
Dalam dua dekade, Skyworth menjelma menjadi salah satu produsen TV terbesar di Tiongkok dan dunia, dengan lebih dari 40.000 karyawan serta pasar yang menjangkau Asia, Eropa, dan Amerika.
Namun TV hanyalah titik awal. Seiring waktu, Skyworth memperluas cakupan bisnis ke perangkat rumah tangga pintar, platform TV interaktif (Coocaa), sistem rumah cerdas, dan perangkat AIoT (Artificial Intelligence of Things).
Pengalaman panjang ini membuat mereka mahir menggabungkan perangkat keras dan lunak dalam satu ekosistem terintegrasi.
Pada 2017, Skyworth masuk ke industri kendaraan listrik melalui divisi Skywell New Energy, yang awalnya fokus pada bus dan kendaraan komersial. Tapi segalanya berubah cepat.
Pasar kendaraan listrik penumpang di Tiongkok mulai meledak. Pada 2020, mereka merilis SUV listrik pertamanya—Skywell ET5—yang kemudian di-rebranding menjadi Skyworth EV6 pada 2021.
Mobil ini bukan sekadar kendaraan. Ia adalah ekspresi dari apa yang Skyworth kuasai selama puluhan tahun: layar pintar, sistem hiburan terintegrasi, antarmuka pengguna yang halus, dan konektivitas tinggi. Semua itu dibawa ke dalam kabin mobil. Dalam EV6, mobil menjadi perpanjangan dari rumah pintar.
Kini Skyworth Auto mulai menyasar pasar global. Di Eropa, mereka bekerja sama dengan Elaris. Di Amerika Serikat dan Kanada, mereka menggandeng Imperium Motors. Dan kini, giliran Indonesia yang menjadi panggung ekspansi berikutnya—dengan pendekatan berbeda.
Alih-alih sekadar ekspor, Skyworth memilih membangun dari dalam: bermitra dengan perusahaan lokal yang kuat, melokalkan produksi, dan menyusun produk yang dirancang khusus untuk pasar Indonesia.
Pilihan pada Polytron bukan kebetulan. Sebagai anak usaha dari konglomerasi Djarum Group, Polytron punya pengalaman panjang di industri elektronik dan infrastruktur produksi yang solid.
Ia juga punya pemahaman mendalam tentang karakteristik pasar Indonesia—dari selera konsumen, jaringan distribusi, hingga dinamika perakitan lokal.
Dari sisi Indonesia, kerja sama ini bisa menjadi titik balik. Selama ini, Indonesia lebih sering menjadi pasar kendaraan listrik, bukan produsen.
Dengan proyek Skyworth–Polytron, ada peluang menciptakan rantai pasok domestik yang lebih mandiri, dari manufaktur hingga software. Dalam tiga tahun ke depan, ditargetkan 10.000 unit kendaraan listrik Skyworth akan dirakit secara lokal.
Konteks waktunya juga tepat. Pemerintah sedang mendorong transisi ke kendaraan listrik, memberi insentif, dan menyiapkan ekosistem pendukung. Tapi ekosistem ini butuh “isi”—butuh merek yang benar-benar mau memproduksi di sini, bukan hanya menjual.
Skyworth datang dengan tawaran yang berbeda. Ia membawa teknologi, pengalaman digital, dan kesediaan untuk berkolaborasi. Dalam era kendaraan listrik modern—di mana software sering kali lebih penting dari mesin—pengalaman Skyworth di dunia elektronik menjadi keunggulan tersendiri.
Kerja sama ini pun tidak berhenti pada pembangunan pabrik. Delegasi Skyworth sempat mengunjungi berbagai fasilitas Djarum Group dan berdiskusi mendalam dengan tim Polytron di kantor pusat mereka, menunjukkan keseriusan dalam menyusun fondasi produksi bersama.
Jika proyek ini berjalan lancar, bukan tidak mungkin mobil listrik Skyworth—hasil rakitan pabrik Polytron—akan segera hadir di jalanan Jakarta, Bandung, hingga kota-kota ASEAN lainnya. Dari sebuah perusahaan TV, Skyworth kini siap menjadi simbol transisi teknologi: dari layar ruang tamu ke mobil masa depan.
Dan mungkin, suatu hari, seperti televisinya dulu, mobil ini akan jadi benda biasa di rumah-rumah kita. Bukan lagi barang baru. Tapi bagian dari gaya hidup digital yang lahir dari kombinasi Shenzhen dan—siapa tahu—Demak.