VINANSIA.COM — Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Andreas Kristo Saragih, analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, sektor semen Indonesia pada Desember 2024 menunjukkan penurunan yang signifikan.
Konsumsi semen domestik tercatat hanya 5.51 juta ton, turun 7.1% dibandingkan bulan sebelumnya dan 11.6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan terbesar terjadi pada semen kemasan, yang mengalami penurunan 6.5% dibandingkan bulan lalu dan 10.3% dibandingkan tahun lalu.
Meskipun ada sedikit kenaikan di sektor semen curah yang tumbuh sekitar 5.3% dibanding tahun lalu, secara keseluruhan konsumsi semen sepanjang 2024 hanya mengalami kenaikan 0.4% YoY, dengan total konsumsi mencapai 63.79 juta ton.
Dengan situasi ini, sektor semen Indonesia masih menghadapi tantangan besar meskipun ada harapan dari proyek IKN (Ibu Kota Negara) yang diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam beberapa tahun ke depan.
Kinerja SMGR dan INTP
Dua pemain utama di industri semen Indonesia, Semen Indonesia (SMGR) dan Indocement (INTP), menunjukkan performa yang berbeda dalam kondisi pasar yang sulit.
Semen Indonesia (SMGR):
Penjualan semen SMGR pada Desember 2024 turun 9.3% MoM dan 19.5% YoY, hanya mencatatkan 2.57 juta ton.
Akibatnya, pangsa pasar SMGR turun menjadi 46.7%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan tahun lalu. Secara keseluruhan, penjualan semen SMGR sepanjang tahun 2024 turun 5.4% YoY.
Indocement (INTP):
Berbeda dengan SMGR, INTP menunjukkan kinerja yang lebih baik. Meskipun penjualan semen Desember 2024 sedikit turun 3.6% MoM, perusahaan ini berhasil mencatatkan pertumbuhan 2.6% YoY, dengan total penjualan 1.69 juta ton. Pangsa pasar INTP juga mengalami kenaikan menjadi 30.6%, meningkat dibandingkan bulan lalu dan tahun lalu. Penjualan semen INTP sepanjang 2024 naik 8.4% YoY, dan pangsa pasar mereka berkembang menjadi 29.7%.
Kesimpulan dan Prospek
Meski konsumsi semen secara keseluruhan menurun, Indocement (INTP) berhasil menunjukkan kinerja yang lebih kuat daripada Semen Indonesia (SMGR). Penurunan harga saham yang signifikan pada kedua perusahaan dalam beberapa waktu terakhir memberikan peluang bagi investor untuk membeli saham dengan harga lebih rendah.
Dengan INTP yang lebih stabil dan SMGR yang masih menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan volume penjualan, investor yang mencari saham yang lebih aman dapat mempertimbangkan INTP sebagai pilihan yang lebih menarik.