VINANSIA.COM - Bayangkan kamu lagi mau beli motor bekas. Sebelum transaksi, pasti kamu bakal cek harga motor serupa di pasaran, kan? Misalnya, kalau kamu mau beli motor matic merek A keluaran 2021, otomatis kamu bakal lihat harga motor matic merek A di OLX, marketplace, atau bahkan tanya ke teman yang ngerti motor. Nah, konsep Comparable Company Analysis (CCA) ini kurang lebih sama, cuma bedanya, alih-alih motor, yang kita bandingkan adalah perusahaan.
CCA ini adalah teknik di dunia bisnis dan investasi yang digunakan untuk menilai apakah harga (atau valuasi) suatu perusahaan masuk akal dibandingkan dengan perusahaan lain yang mirip. Dalam bahasa sederhananya, CCA itu kayak cek harga pasaran buat perusahaan.
Gimana Cara Kerja CCA?
Oke, biar lebih kebayang, kita bahas step-by-step sambil pakai contoh yang gampang dicerna.
1. Cari Perusahaan Pembanding (Comparable Companies)
Pertama-tama, kita harus nemuin perusahaan yang punya karakteristik mirip sama perusahaan target. Karakteristik ini bisa meliputi:
- Industri yang sama: Misalnya, perusahaan target adalah startup teknologi, ya pembandingnya harus di industri teknologi juga.
- Ukuran perusahaan: Misalnya dari segi pendapatan atau kapitalisasi pasar. Jangan bandingin warung kopi kecil sama Starbucks.
- Lokasi geografis: Perusahaan di Indonesia biasanya lebih relevan dibandingin sama yang di Amerika, karena pasar dan kondisinya beda.
Contoh:
Kamu mau menilai startup fintech lokal yang fokus di peer-to-peer lending. Maka, kamu bisa cari pembanding seperti perusahaan sejenis (contoh: KoinWorks, Investree, atau Modalku).
2. Pilih Metode Perbandingan
CCA biasanya menggunakan rasio-rasio keuangan tertentu untuk dibandingkan. Rasio ini ibarat alat ukur buat melihat apakah perusahaan target itu mahal atau murah. Beberapa rasio yang sering dipakai:
- Price-to-Earnings Ratio (P/E): Harga saham dibagi laba bersih per saham.
- Enterprise Value to EBITDA (EV/EBITDA): Valuasi perusahaan dibandingkan dengan pendapatan operasional.
- Price-to-Sales Ratio (P/S): Harga saham dibandingkan dengan pendapatan perusahaan.
Contoh:
Misalnya, KoinWorks punya P/E ratio 15x, sementara Modalku di 18x. Kalau perusahaan target kamu punya P/E ratio 30x, berarti harganya relatif mahal dibandingkan yang lain.
3. Analisis dan Interpretasi
Setelah datanya terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis. Kalau perusahaan target punya rasio yang lebih tinggi dari pembandingnya, bisa jadi itu dihargai terlalu mahal (overvalued). Sebaliknya, kalau lebih rendah, mungkin itu peluang investasi bagus (undervalued). Tapi ingat, angka-angka ini harus dilihat dalam konteks.
Contoh:
Kembali ke contoh fintech tadi. Kalau ternyata perusahaan target punya P/E ratio tinggi karena mereka sedang ekspansi agresif, itu bukan berarti buruk. Tapi kalau P/E-nya tinggi tapi pertumbuhannya stagnan, itu tanda bahaya.
Kenapa CCA Penting?
Di dunia investasi atau merger dan akuisisi (M&A), valuasi itu segalanya. Kalau salah valuasi, investor bisa rugi besar, dan kalau undervalued, perusahaan bisa kehilangan potensi dana besar. Dengan CCA, kita punya alat sederhana untuk mengecek apakah valuasi itu masuk akal atau nggak.
Contoh:
1. Startup E-commerce di Indonesia
Bayangkan kamu adalah investor yang tertarik sama startup e-commerce lokal. Startup ini punya valuasi Rp1 triliun dengan pendapatan tahunan Rp200 miliar (P/S = 5x). Lalu, kamu bandingkan dengan startup e-commerce lain seperti Bukalapak atau Blibli yang punya P/S rata-rata 3x. Dari sini, kamu bisa bilang bahwa startup target mungkin overvalued, kecuali ada alasan khusus yang bikin mereka lebih mahal, seperti teknologi unik atau pangsa pasar yang lebih besar.
2. Bandingin Saham di BEI
Misal, kamu mau beli saham perusahaan properti di Indonesia, katakanlah Perusahaan A. Kamu lihat P/E ratio-nya 25x, sementara pesaingnya kayak Perusahaan B dan C masing-masing di 18x dan 20x. Artinya, Perusahaan A dihargai lebih mahal. Tapi, sebelum buru-buru jual beli, cek dulu: mungkin Perusahaan A punya proyek properti besar yang bakal meningkatkan laba dalam waktu dekat.
Tips Praktis dalam CCA
- Jangan Bandingin Apel dengan Jeruk: Pastikan perusahaan yang dibandingkan benar-benar mirip, baik dari segi industri, ukuran, maupun pasar.
- Gunakan Data Terbaru: Kondisi pasar berubah cepat, jadi pastikan data yang dipakai up-to-date.
- Lihat di Balik Angka: Rasio tinggi atau rendah bukan segalanya. Cek faktor lain seperti manajemen, strategi bisnis, atau inovasi.
- Gunakan Sumber Data Terpercaya: Banyak platform seperti Bloomberg, Yahoo Finance, atau laporan tahunan perusahaan yang bisa jadi referensi.
Penutup
Comparable Company Analysis (CCA) itu sebenarnya bukan hal yang ribet. Intinya, kita cuma perlu nyari “harga pasaran” perusahaan target dengan membandingkannya dengan perusahaan lain yang mirip. Dengan pemahaman CCA, kamu nggak cuma bisa ngelihat apakah perusahaan itu mahal atau murah, tapi juga belajar lebih dalam tentang industri dan pasar yang mereka geluti.
Ingat, kayak beli motor bekas, jangan buru-buru ambil keputusan tanpa cek dan bandingkan dulu. Data yang lengkap dan analisis yang teliti adalah kuncinya.