VINANSIA.COM - Nama Adryanto Pratono mungkin tidak setenar Raisa, Kunto Aji, atau Barasuara. Tapi tanpa dia, perjalanan mereka mungkin tak akan semulus sekarang.
Di balik gemerlap panggung dan kesuksesan artis-artisnya, ada sosok pria yang dikenal dengan panggilan Boim ini—seorang yang lebih suka bekerja di balik layar, membangun ekosistem musik yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Boim adalah pendiri Juni Records, label rekaman yang ia dirikan bersama Raisa pada tahun 2013. Saat itu, industri musik Indonesia masih berkutat dengan transisi dari era penjualan fisik ke digital.
Piranti seperti iTunes dan Spotify masih baru di telinga banyak orang, dan belum ada banyak label yang melihat potensinya. Tapi Boim melihat kesempatan.
Ia tidak hanya ingin menjual musik, tapi juga membangun sistem yang bisa membuat musisi berkembang secara kreatif sekaligus finansial.
Awal Karier dan Visi di Industri Musik
Sebelum mendirikan Juni Records, Boim sudah lebih dulu terjun ke dunia musik sebagai manajer Raisa.
Perjalanannya tidak instan. Ia melihat bagaimana musisi kerap terjebak dalam sistem industri yang lebih menguntungkan label daripada artisnya sendiri.
Boim tahu, kalau ingin menciptakan perubahan, ia harus membangun sesuatu dari nol.
Pada 2013, ia mengambil langkah berani dengan memasukkan musik Raisa ke iTunes. Saat itu, cara ini masih belum umum dilakukan oleh musisi Indonesia.
Penjualan musik digital masih dianggap sebagai konsep asing, dan banyak yang skeptis.
Tapi Boim yakin bahwa masa depan industri musik akan bergeser ke digital, dan ia ingin berada di garis depan perubahan itu.
Langkah berikutnya adalah masuk ke layanan streaming seperti Spotify.
Boim paham, di masa depan orang-orang akan lebih banyak mendengarkan musik secara online daripada membeli album fisik. Strategi ini terbukti berhasil.
Raisa menjadi salah satu penyanyi Indonesia yang paling banyak diputar di platform digital, membuka jalan bagi artis-artis lain untuk mengikuti jejaknya.
Juni Records: Lebih dari Sekadar Label Rekaman
Juni Records lahir dari keinginan Boim untuk menciptakan sistem yang lebih baik bagi musisi.
Ia tidak ingin hanya menjadi label yang sekadar merilis lagu dan mengatur jadwal manggung.
Ia ingin membangun ekosistem yang membantu musisi berkembang dalam segala aspek, dari produksi, distribusi, promosi, hingga pengelolaan hak kekayaan intelektual.
Salah satu prinsip utama Juni Records adalah hubungan simbiosis dengan para artisnya. Boim memahami bahwa setiap musisi memiliki gaya, visi, dan kebutuhan yang berbeda.
Oleh karena itu, ia tidak menerapkan pendekatan one-size-fits-all. Setiap artis yang bergabung dengan Juni Records mendapatkan strategi yang disesuaikan dengan karakter dan tujuan mereka.
Selain itu, hak kekayaan intelektual menjadi fokus utama Juni Records. Dalam industri musik, tidak jarang musisi kehilangan kontrol atas karya mereka sendiri karena kontrak yang tidak adil.
Boim berusaha mengubah itu. Di bawah Juni Records, artis memiliki lebih banyak kendali atas musik mereka, dan Juni tidak hanya bertindak sebagai label, tetapi juga sebagai mitra yang membantu mereka merancang strategi jangka panjang.
Dari Musik ke Ekosistem Bisnis
Boim memahami bahwa musik bukan hanya soal lagu yang enak didengar, tapi juga bisnis yang harus dikelola dengan baik. Karena itu, ia tidak hanya fokus pada produksi musik, tetapi juga mengembangkan berbagai lini bisnis yang bisa mendukung artis secara finansial.
Juni Records kini tidak hanya mengurus rekaman dan distribusi, tetapi juga publishing, promosi, hingga merchandise.
Misalnya, mereka memiliki lini merchandise resmi bernama Juni Goods, yang menjual berbagai produk eksklusif dari artis-artis di bawah naungan mereka.
Ini bukan sekadar tambahan, tapi bagian dari strategi untuk memberikan musisi sumber pendapatan di luar royalti musik.
Dengan model bisnis seperti ini, Juni Records menjadi lebih dari sekadar label. Ia menjadi platform yang membantu artis membangun karier yang berkelanjutan, bukan hanya bergantung pada popularitas sesaat.
Mencetak Artis-Artis Besar Indonesia
Di bawah Juni Records, lahir banyak musisi yang kini memiliki tempat tersendiri di industri musik Indonesia.
Selain Raisa, ada Kunto Aji dengan musiknya yang penuh eksplorasi, Barasuara dengan energi rock yang khas, dan Dipha Barus yang membawa sentuhan elektronik ke kancah musik Indonesia.
Keberhasilan ini bukan sekadar karena talenta artisnya, tapi juga karena pendekatan yang diterapkan oleh Boim dan timnya.
Mereka tidak hanya mengandalkan tren, tetapi membangun identitas yang kuat untuk setiap musisi.
Ini membuat artis-artis di bawah Juni Records tidak hanya bertahan dalam jangka pendek, tapi juga memiliki fondasi yang kokoh untuk terus berkembang.
Boim selalu menekankan pentingnya inovasi dan adaptasi. Industri musik terus berubah, dan mereka yang tidak bisa beradaptasi akan tertinggal.
Juni Records bukan hanya berusaha mengikuti perubahan, tapi juga menjadi bagian dari perubahan itu.
Membangun Masa Depan Industri Musik Indonesia
Industri musik di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Dari masalah pembajakan hingga perubahan perilaku pendengar yang semakin mengarah ke platform digital, para pelaku industri harus terus mencari cara untuk bertahan dan berkembang.
Boim percaya bahwa masa depan musik Indonesia ada di tangan para musisi yang berani bereksperimen dan membangun strategi jangka panjang.
Ia selalu menekankan pentingnya edukasi bagi musisi agar tidak hanya fokus pada kreativitas, tetapi juga memahami aspek bisnis di balik industri ini.
Di bawah kepemimpinan Boim, Juni Records telah membuktikan bahwa label independen pun bisa bersaing dengan label besar jika memiliki strategi yang tepat.
Dengan pendekatan yang mengutamakan keberlanjutan, kolaborasi, dan inovasi, Boim telah membangun Juni Records menjadi salah satu label musik paling berpengaruh di Indonesia saat ini.
Bagi Boim, musik bukan produk instan yang dicetak dalam satu cetakan. Harus ada perencanaan jangka panjang, keberanian mencoba hal baru, dan kemauan untuk terus belajar.
Dengan prinsip ini, ia tidak hanya menjalankan label rekaman, tetapi juga ikut membentuk wajah industri musik Indonesia di era modern.