VINANSIA.COM – Selama bertahun-tahun, PELNI sering dibayangkan sebagai kapal tua yang bergerak lambat. Namun laporan 2024 menunjukkan wajah baru yaitu pendapatan melonjak ke Rp 6,18 triliun dengan laba bersih Rp 194,25 miliar.
Kapal yag dulu dianggap sbagai pengangkut penumpang kini mulai terlihat sebagai mesin bisnis yang jauh lebih seksi.
Tiket Bukan Satu-Satunya Sumber Cuan
Tiket memang msih jadi tulang punggung, tapi bukan lagi satu-satunya sumber pendapatan. PELNI mulai membangun platform tambahan.
Kapal kini diperlakukan sebagai ruang ekonomi, tempat ribuan orang berkumpul selama berjam-jam. Dan kalau ada ribuan orang yang “terjebak” di satu ruang, monetisasi setiap detik jadi logika bisnis yang masuk akal.
Mal Terapung di Tengah Laut
WiFi berbayar, makanan premium, tenant UMKM, iklan, kursi nyaman. Semua jadi peluang. Pendapatan kecil-kecil yang kalau dikumpulkan bisa jadi monster.
Dengan lebih dari 5 juta penumpang per tahun, kapal PELNI sebenarnya adalah mal terapung yang selama ini diremehkan.
Semakin jauh rute, semakin besar interaksi dan pengeluaran penumpang. Persis seperti logika super-app yakni setiap titik kontak dimonetisasi. Kalau Gojek bisa bikin orang bayar dari ojek sampai pulsa, kenapa PELNI nggak bisa bikin orang belanja dari nasi goreng sampai WiFi?
PMN = Investasi Ekosistem
Masuknya PMN Rp 2,5 triliun untuk tiga kapal baru bukan sekadar belanja modal. Ini adalah investasi untuk memperluas ekosistem komersial. Kapal baru berarti efisiensi lebih baik, desain ruang modern, dan lebih banyak titik monetisasi yang bisa diciptakan sejak awal.
Strategi Monetisasi PELNI
Strategi monetisasi PELNI bisa mencakup:
- Layanan digital seperti WiFi dan hiburan streaming.
- Tenant UMKM yang menjual produk lokal.
- Paket makanan premium dan layanan kenyamanan.
- Iklan di ruang publik kapal.
Kapal Baru = Ekosistem Baru
Dengan kapal baru, PELNI bisa merancang ruang yang lebih modern dan multifungsi. Setiap sudut kapal bisa menjadi titik interaksi: dari food court, co-working space, hingga area hiburan. Semakin banyak titik interaksi, semakin besar peluang monetisasi.
Jika langkah ini diteruskan, model bisnis PELNI bisa berubah total. Dari perusahaan pelayaran yang mengandalkan tiket, menjadi kombinasi layanan, pengalaman, dan ekosistem. Singkatnya: bukan lagi sekadar kapal, tapi Gojek Laut Indonesia.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa PELNI punya peluang besar untuk keluar dari stigma kapal tua dan menjelma menjadi super-app terapung.
Dengan strategi monetisasi yang tepat, dukungan investasi, dan desain kapal modern, PELNI bisa menjadi pemain baru yang mengubah wajah transportasi laut Indonesia.