Era Dolar akan Berakhir Digantikan Bitcoin?

Era Dolar akan Berakhir Digantikan Bitcoin?
Era Dolar akan Berakhir Digantikan Bitcoin? (sumber foto: Pexels)

VINANSIA.COM – Dolar Amerika Serikat (AS) selama puluhan tahun menjadi mata uang paling dominan di dunia. Tapi kini, kekuatan dolar mulai menunjukkan tanda-tanda keropos.

Di saat ketegangan geopolitik, perang dagang, dan ketidakpastian kebijakan moneter terus meningkat, muncul wacana besar, apakah Bitcoin siap menggantikan dolar sebagai aset cadangan global?

Kolumnis ekonomi ternama, Wolfgang Münchau, menyampaikan pandangannya bahwa dominasi dolar tidak bisa bertahan selamanya, terutama jika AS terus menerapkan kebijakan proteksionis seperti tarif impor tinggi.

Dalam konteks ini, Bitcoin dan emas muncul sebagai alternatif baru yang dinilai lebih netral dan tahan terhadap intervensi politik.

Dolar Tertekan, Emas dan Bitcoin Bersinar

Belakangan, pasar keuangan mencatat pergerakan yang tidak biasa: dolar dan surat utang negara AS (Treasury) sama-sama melemah. Di sisi lain, harga emas melonjak ke rekor tertinggi, disusul Bitcoin yang juga mencetak performa luar biasa. Keduanya kini dianggap sebagai “safe haven”, tempat aman saat badai ketidakpastian datang.

Fenomena ini tak lepas dari ketegangan antara mantan Presiden Donald Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell. Trump berencana kembali menerapkan tarif dagang besar-besaran jika terpilih lagi, bahkan sempat mengusulkan pembentukan “cadangan mata uang strategis” berbasis kripto.

Langkah Trump itu menimbulkan pertanyaan serius: apakah ini awal dari pergeseran kekuasaan mata uang dunia?

Kelebihan dan Beban Dolar

Selama ini, dolar memegang peran sebagai mata uang cadangan dunia berkat beberapa keunggulan: pasar modal AS yang dalam dan likuid, obligasi pemerintah AS yang dipercaya dunia, serta kemampuan The Fed untuk menyediakan likuiditas global melalui jalur swap antarbank sentral.

Namun kekuatan ini datang dengan beban besar. Untuk menjadi mata uang utama dunia, AS harus rela menyerap kelebihan tabungan dari negara lain dengan membuka keran impor. Artinya, AS cenderung mengalami defisit perdagangan kronis, yang justru ditentang oleh kebijakan proteksionis ala Trump.

Menurut Münchau, jika AS menutup diri dari perdagangan global, negara-negara mitra dagangnya akan kehilangan dolar hasil ekspor yang biasa mereka investasikan kembali ke aset-aset AS. Akibatnya, permintaan terhadap dolar dan obligasi AS menurun — sebuah pukulan telak bagi status dolar sebagai mata uang global.

Siapa Calon Pengganti Dolar?

Jika dominasi dolar memudar, siapa yang bisa menggantikan? Euro sempat digadang-gadang sebagai calon kuat sejak diperkenalkan pada 1999. Tapi Uni Eropa gagal memanfaatkan momentum krisis keuangan untuk memperkuat integrasi politik dan fiskal. Tanpa serikat fiskal, obligasi bersama, dan pasar modal yang terintegrasi, euro belum mampu menandingi dolar.

Yuan Tiongkok pun belum bisa jadi pesaing serius. Mata uang ini tidak bebas dikonversi, dibatasi oleh kontrol modal ketat, dan Tiongkok sendiri masih sangat proteksionis. Sementara franc Swiss memang aman, tapi terlalu kecil skalanya untuk menggantikan peran global dolar.

Emas dan Bitcoin di Garis Depan

Di tengah vakumnya pengganti dolar dari sesama mata uang fiat, emas kembali naik daun. Sekitar 20 persen dari seluruh emas yang pernah ditambang kini disimpan oleh bank sentral. Namun pasokan emas terbatas, dan penyimpanan fisiknya menimbulkan masalah logistik dan geopolitik. Adapun sebagian besar emas dunia berada di wilayah AS.

Di sinilah Bitcoin masuk sebagai pesaing baru yang menarik. Meski belum diakui sebagai aset cadangan resmi oleh bank sentral, Bitcoin memiliki karakteristik serupa emas: pasokan terbatas, tahan sensor, dan tidak dikendalikan oleh satu negara.

Menurut laporan analis Messari, tarif tinggi ala Trump bisa mempercepat transformasi Bitcoin menjadi aset perlindungan (safe haven).

Bahkan muncul spekulasi bahwa pemerintah AS akan membentuk cadangan Bitcoin sebagai bagian dari strategi krisis, terpisah dari cadangan resmi yang dikelola The Fed.

Masih Jauh, Tapi Bukan Mustahil

Masuknya Bitcoin ke dalam portofolio cadangan resmi memang bukan hal yang akan terjadi dalam semalam. Banyak bank sentral yang kemungkinan besar akan menolak mentah-mentah ide ini.

Namun realitas dunia kini sudah berubah. Rivalitas antar-negara besar, sanksi ekonomi, dan kebijakan proteksionis membuat negara-negara mulai berpikir ulang untuk terlalu bergantung pada satu mata uang. Dalam kondisi seperti itu, memiliki aset netral seperti kripto menjadi masuk akal.

Crypto, terutama Bitcoin, juga memiliki keunggulan lain dibanding emas yaitu mudah dipindahkan, tidak bergantung pada lokasi fisik, dan tidak bisa disita dengan mudah. Sementara emas bisa ditahan secara fisik oleh negara lain, Bitcoin bisa dipindahkan secara digital kapan saja.

Akankah Era Dolar Berakhir?

Pertanyaan besar ini belum bisa dijawab dengan pasti. Tapi tren global menunjukkan bahwa dominasi dolar mulai tergoyang. Jika AS terus menjalankan kebijakan yang bertentangan dengan peran globalnya, maka dunia bisa saja mencari alternatif.

Dan alternatif itu mungkin bukan euro, yuan, atau franc, melainkan emas dan Bitcoin.

Masa depan sistem moneter global sedang memasuki babak baru. Entah cepat atau lambat, kita mungkin akan menyaksikan hari di mana dolar bukan lagi satu-satunya raja. Dan saat itu tiba, Bitcoin bisa saja menjadi simbol kekuasaan baru yang lahir dari dunia digital.

#kripto

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index