Profil Hery Gunardi, Direktur Utama BRI yang Baru

Profil Hery Gunardi, Direktur Utama BRI yang Baru
Profil Hery Gunardi, Direktur Utama BRI yang Baru

VINANSIA.COM - Hery Gunardi bukan tipe bankir yang gemar tampil mencolok. Tidak ada gestur berlebihan atau retorika yang menggelegar. Di balik gaya bicaranya yang tenang, ada satu hal yang jelas: ia memahami bahwa memimpin Bank Rakyat Indonesia (BRI) berarti menjaga denyut ekonomi rakyat.

BRI bukan sekadar bank. Dengan lebih dari 100 juta nasabah, lembaga ini berdiri di antara jutaan usaha kecil yang menopang perekonomian nasional. Dari pedagang kaki lima hingga petani di pelosok desa, BRI adalah tempat di mana mimpi sederhana mendapatkan modal untuk tumbuh. Dan Hery, sebagai Direktur Utama, kini memikul tanggung jawab menjaga nyala harapan itu.

Jalan Panjang ke Puncak

Lahir di Bengkulu, jauh dari pusat kekuasaan ekonomi, Hery tumbuh dengan memahami arti perjuangan. Ia menyaksikan langsung bagaimana roda ekonomi kecil berputar — kadang lambat, kadang tersendat. Bekal itu menempanya menjadi bankir yang bukan hanya lihai membaca laporan keuangan, tapi juga memahami kisah manusia di balik setiap angka.

Karier Hery dimulai di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) sebelum akhirnya melebur ke Bank Mandiri. Saat krisis ekonomi 1998 menghantam, banyak bankir yang menyerah pada gelombang ketidakpastian. Tapi Hery justru melihat itu sebagai ruang belajar. Setiap keputusan yang diambilnya di masa-masa sulit menjadi batu loncatan.

Kemampuan memimpin kembali teruji saat ia ditunjuk memimpin Bank Syariah Indonesia (BSI). Menyatukan tiga bank syariah milik negara menjadi satu entitas besar bukan perkara mudah. Selain menyelaraskan sistem operasional, ia harus merangkul budaya kerja yang berbeda. Namun di bawah kendalinya, BSI tumbuh pesat, menjadi salah satu bank syariah terbesar di dunia.

Tantangan di Depan Mata

Kini, Hery kembali ke rumah lamanya — BRI. Tapi tantangannya berbeda. Dunia masih diguncang ketidakpastian ekonomi. Inflasi membayangi, suku bunga global naik, dan pasar keuangan bergerak liar. Di tengah itu, sektor UMKM, yang menjadi tulang punggung BRI, menghadapi tekanan dari berbagai arah.

Namun, Hery paham bahwa krisis bukan alasan untuk berhenti. Strateginya jelas: memperkuat digitalisasi sambil tetap menjaga jangkauan hingga ke pelosok. Program BRIlink yang mengandalkan agen-agen perbankan di desa terus diperluas. Dengan ini, transaksi perbankan bisa dilakukan bahkan di daerah yang jauh dari kantor cabang.

Digitalisasi juga menjadi senjata melawan gempuran fintech. Di saat banyak startup menawarkan layanan keuangan berbasis aplikasi, BRI merespons dengan memanfaatkan teknologi untuk mempercepat proses pinjaman, memperbaiki layanan, dan memperluas akses keuangan. Tapi berbeda dengan pesaingnya, Hery tidak sekadar mengejar valuasi atau pertumbuhan instan. Baginya, inovasi harus berjalan berdampingan dengan inklusi.

Menjaga Amanah Rakyat

Ada satu hal yang membedakan Hery dari banyak eksekutif lainnya: ia tidak memandang bank sebagai sekumpulan laporan laba-rugi. Di setiap angka kredit yang disalurkan, ia melihat wajah-wajah petani yang berharap pada panen berikutnya, atau pedagang kecil yang ingin menambah gerobak dagangannya.

Inilah filosofi yang terus ia pegang. BRI bukan hanya institusi finansial, tetapi mitra bagi rakyat kecil. Dan bagi Hery, menjadi Direktur Utama bukan semata soal memimpin, tapi menjaga amanah.

Di tengah gedung-gedung tinggi Jakarta, Hery duduk di ruangannya, membaca laporan yang dipenuhi angka-angka. Tapi pikirannya mungkin sedang berada di pelosok desa, di warung kopi tempat para petani berkumpul usai panen. Karena di sanalah denyut ekonomi Indonesia yang sesungguhnya terasa.

Hery Gunardi tahu itu. Dan ia tahu, selama BRI tetap teguh menjaga perannya, ekonomi rakyat akan terus bertahan — bahkan di tengah badai sekalipun.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index