VINANSIA.COM - Daniel Ek, si pendiri Spotify, ternyata bukan hanya jagoan di panggung musik digital. Setelah bertahun-tahun mengguncang industri lagu, kini ia beralih ke dunia kesehatan. Bukan sekadar berinvestasi, tapi menciptakan sesuatu yang terasa seperti lompatan dari playlist ke pasien. Namanya: Neko Health.
Namun, Ek tak sendirian. Kali ini, ia berkolaborasi dengan Hjalmar Nilsonne, seorang pengusaha yang tumbuh di keluarga dokter. Jika Ek tahu cara membuat dunia bernyanyi, Nilsonne paham bagaimana teknologi bisa menjaga tubuh tetap prima. Bersama, mereka mendirikan Neko Health pada 2018 di Swedia, dengan satu misi: mendeteksi penyakit sebelum gejala muncul.
Pemindaian Tubuh dalam 10 Menit
Seharga £300 atau sekitar Rp6 juta, tubuh Anda bisa dipindai secara menyeluruh dalam waktu kurang dari satu jam. Hasilnya? Data kesehatan lengkap, dianalisis oleh kecerdasan buatan, dengan laporan detail dalam genggaman.
Teknologinya tidak main-main. Neko Health menggunakan lebih dari 70 sensor yang memantau kulit, jantung, pembuluh darah, hingga pernapasan. Dalam sekali pemindaian, lebih dari 50 juta titik data dikumpulkan. AI kemudian bekerja seperti seorang dokter yang tak pernah lelah, menganalisis setiap anomali yang mungkin muncul.
Ada sedikit sensasi seperti masuk ke dunia sci-fi — tubuh Anda discan layaknya film “Minority Report,” minus Tom Cruise yang berlarian.
Kenapa Neko Health Dibutuhkan?
Ek melihat masalah mendasar: sistem kesehatan dunia cenderung reaktif. Orang baru ke rumah sakit setelah merasa sakit. Deteksi dini? Masih langka. Di sinilah Neko Health masuk. Dengan deteksi lebih awal, biaya kesehatan bisa ditekan, dan kualitas hidup bisa meningkat.
Apalagi, dengan angka 100.000 orang di daftar tunggu hanya dalam hitungan bulan, antusiasme publik berbicara sendiri. Masyarakat jelas butuh sesuatu yang lebih dari sekadar pemeriksaan tahunan.
Perjalanan Menuju Status Unicorn
Pada Januari 2025, Neko Health berhasil mengumpulkan pendanaan Seri B sebesar US$ 260 juta, dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners. Valuasi mereka melonjak menjadi US$ 1,8 miliar. Kini, perusahaan bersiap berekspansi ke Amerika Serikat, menunggu persetujuan dari FDA.
Ek tak berniat bermain kecil. Sama seperti saat Spotify mengubah cara orang mendengarkan musik, Neko Health ingin mengubah paradigma kesehatan. Bukan sekadar rumah sakit digital, tapi sistem peringatan dini untuk tubuh manusia.
Daniel Ek dan Hjalmar Nilsonne: Duet Teknologi dan Medis
Daniel Ek dikenal luas sebagai sosok yang meruntuhkan tembok-tembok industri musik. Tapi kali ini, tembok yang ia hadapi jauh lebih kompleks. Ia tak sekadar berkompetisi dengan label musik raksasa, melainkan berhadapan dengan sistem kesehatan yang sudah berusia ratusan tahun.
Di sisi lain, Hjalmar Nilsonne membawa pemahaman mendalam tentang teknologi medis. Sebelum Neko Health, ia mendirikan Watty, sebuah startup yang memanfaatkan AI untuk efisiensi energi. Namun, kecintaannya pada dunia kesehatan membawanya ke jalur ini.
Kombinasi keduanya seperti duet antara produser musik dan dokter — dua dunia yang tampaknya jauh, tapi bertemu di titik yang sama: membuat hidup lebih baik.
Tantangan di Depan Mata
Namun, tak semua orang menyambut Neko Health dengan tangan terbuka. Kritik datang dari para profesional medis yang khawatir akan false positive — hasil diagnosis yang keliru. Ada juga isu privasi. Data kesehatan bukan sekadar angka; ia adalah cerminan tubuh manusia yang paling intim.
Ek tahu ini bukan perjalanan mudah. Tapi sama seperti ketika Spotify dituduh merusak industri musik, ia tetap melangkah. Dengan pendekatan transparan dan kolaboratif, Neko Health berkomitmen untuk bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan nasional.
Akhir Lagu atau Simfoni Baru?
Apakah Neko Health akan menjadi disruptor seperti Spotify? Atau hanya catatan kaki di buku tebal inovasi kesehatan?
Yang jelas, Daniel Ek kembali berada di tengah panggung. Kali ini, lagunya berjudul:
"Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati."