VINANSIA.COM - Senyap, tanpa banyak gembar-gembor, Ciliandra Fangiono membuat langkah besar. US$329,75 juta digelontorkan untuk menguasai 91,17% saham Austindo Nusantara Jaya (ANJT). Tak ada perang urat syaraf, tak ada drama negosiasi berkepanjangan. Hanya satu hal yang pasti: sektor sawit kembali bergetar.
Bagi banyak orang, nama Ciliandra mungkin terdengar asing. Tapi di dunia perkebunan, dia bukan orang baru. First Resources Ltd, perusahaan yang dipimpinnya dan berbasis di Singapura, mengelola lebih dari 247.000 hektar kebun sawit. Kini, dengan akuisisi ini, wilayah kekuasaannya semakin luas.
Tapi ada satu hal yang menarik: transaksi ini tidak dilakukan atas nama First Resources, melainkan lewat entitas lain, PT Ciliandra Perkasa. Sebuah manuver yang mengundang banyak tanda tanya. Apa rencana besarnya?
Dari Cambridge ke Rimba Tropis
Ciliandra bukan tipikal taipan yang mewarisi bisnis lalu menjalankannya ala kadarnya. Dia lulusan Universitas Cambridge, pernah bekerja di Merrill Lynch, dan paham betul bagaimana kapital bekerja. Begitu masuk ke First Resources, pendekatannya tegas: ekspansi agresif, efisiensi operasional, dan penguatan struktur keuangan.
Strategi itu membuahkan hasil. Kekayaannya kini ditaksir mencapai US$2,4 miliar menurut Forbes. Tapi bukan soal angka yang menarik. Yang menarik adalah cara bermainnya: dingin, presisi, dan selalu satu langkah di depan.
Kenapa Austindo Nusantara Jaya?
ANJT bukan perusahaan kecil. Mereka punya lahan luas, jejak bisnis panjang, dan sudah melantai di bursa. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, kinerjanya kurang menggigit.
Bagi Ciliandra, ini bukan masalah. Ini justru peluang. Dengan masuk ke ANJT, ia bisa:
- Menambah luas kebun dan kapasitas produksi
- Mengoptimalkan efisiensi operasional
- Memperkuat daya saing di pasar ekspor
- Mengantisipasi ketatnya kebijakan lingkungan Uni Eropa
- Mendiversifikasi bisnis ke sektor pangan berkelanjutan
Singkatnya, ia membeli perusahaan yang undervalued untuk dipoles dan dioptimalkan.
Tantangan yang Mengadang
Tentu, langkah ini bukan tanpa risiko.
Harga CPO yang fluktuatif
Hari ini sawit bisa jadi emas, besok bisa rontok.
Regulasi ketat dari Uni Eropa
Jika ANJT masih punya isu keberlanjutan, ekspor bisa terhambat.
Integrasi manajemen
Dua perusahaan besar, dua kultur kerja. Menyatukan itu tidak mudah.
Ekspektasi investor
Akuisisi besar menuntut hasil besar. Jika tak segera terlihat, pasar bisa bereaksi negatif.
Tekanan ESG (Environmental, Social, Governance)
Dunia makin ketat soal jejak karbon dan dampak lingkungan. Ini ujian bagi ANJT di bawah Ciliandra.
Lalu, Apa Berikutnya?
Setelah transaksi ini selesai, PT Ciliandra Perkasa wajib melakukan tender offer untuk membeli sisa saham ANJT yang masih beredar di publik.
Lalu, apakah ANJT akan tetap menjadi perusahaan terbuka? Atau malah di-delisting? Itu masih misteri. Yang jelas, Ciliandra kini memegang kendali penuh.
Seperti biasa, manuver terbaik dalam bisnis adalah yang dilakukan dalam diam. Dan sejauh ini, Ciliandra Fangiono membuktikan dirinya bukan sekadar pewaris, tetapi eksekutor bisnis kelas atas.