VINANSIA.COM - Pabrik Sanken di Cikarang akan menghentikan produksinya pada Juni 2025. Keputusan ini bukan sekadar penutupan biasa, tetapi mencerminkan pergeseran industri global yang lebih besar.
Induk perusahaannya di Jepang memutuskan untuk mengubah fokus produksi dari peralatan elektronik ke semikonduktor. Ini adalah langkah strategis, bukan sekadar masalah profitabilitas.
Pabrik Sanken mengalami penurunan produksi yang drastis. Utilisasi pabriknya hanya mencapai 14% pada tahun lalu. Artinya, kapasitas produksinya hampir tidak terpakai.
- Baca Juga Profil Eratani, Antara Sawah dan Startup
Dengan permintaan peralatan elektronik yang menurun, Sanken memilih untuk mengonsolidasikan produksinya di Jepang dan mengalihkan sumber daya ke sektor yang lebih menguntungkan.
Selain itu, tekanan pasar menjadi faktor utama. Biaya produksi di Indonesia semakin tinggi, sementara daya saing produk semakin tergerus oleh produsen lain, terutama dari China dan Vietnam.
Pasar ekspor yang dulu menjadi andalan kini tidak lagi memberikan keuntungan yang cukup untuk menopang operasi di Indonesia.
Industri Manufaktur di Indonesia Semakin Terpuruk
Penutupan Sanken bukanlah kasus pertama. Sebelumnya, Hung-A, produsen ban di Cikarang, juga menutup pabriknya. PT Sepatu Bata menghentikan operasinya di Purwakarta.
Sektor tekstil bahkan lebih tragis, dengan tujuh pabrik tekstil tutup sepanjang tahun lalu, menyebabkan lebih dari 15.000 pekerja kehilangan pekerjaan.
Alasan di balik penutupan pabrik-pabrik ini berulang: biaya produksi yang meningkat, regulasi yang lambat, serta daya saing yang melemah.
Negara-negara lain seperti Vietnam dan India berhasil menarik investasi industri dengan kebijakan yang lebih fleksibel dan insentif yang lebih menarik bagi investor. Indonesia tertinggal dalam persaingan ini.
Ke Mana Arah Industri Indonesia?
Jika pola ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin semakin banyak pabrik yang menyusul Sanken. Indonesia harus segera mengambil langkah strategis.
Kita tidak bisa terus mengandalkan tenaga kerja murah. Investasi di bidang teknologi dan inovasi harus dipercepat.
Pemerintah perlu memastikan kebijakan industri yang lebih berpihak pada keberlanjutan, bukan sekadar menangani dampak setelah pabrik-pabrik tutup.
Sanken memberikan pelajaran penting: industri harus mampu beradaptasi dengan perubahan global.
Jika Indonesia tidak segera berbenah, kita hanya akan menjadi penonton dalam persaingan industri yang semakin ketat. Sudah saatnya berani naik kelas atau terus tertinggal.