Alasan Mengapa Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bikin Harga Kripto Naik

Alasan Mengapa Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bikin Harga Kripto Naik
Alasan Mengapa Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bikin Harga Kripto Naik. (ilustrasi: unsplash)

VINANSIA.COM – Setiap kali The Fed (Federal Reserve) mengambil keputusan memangkas suku bunga, berita tersebut langsung menjadi sorotan dunia. Pasalnya, keputusan ini tidak hanya berpengaruh pada ekonomi Amerika Serikat, tetapi juga berdampak luas ke pasar global, termasuk Indonesia.

Lebih jauh lagi, pemangkasan suku bunga The Fed ikut memengaruhi harga saham, obligasi, hingga aset digital seperti kripto.

Apa Itu Pemangkasan Suku Bunga The Fed?

Suku bunga acuan The Fed atau federal funds rate adalah tolok ukur utama biaya pinjaman di ekonomi Amerika Serikat. Angka ini memengaruhi bunga kredit rumah, pinjaman perusahaan, hingga biaya kartu kredit. Ketika The Fed menurunkan suku bunga, artinya biaya pinjaman menjadi lebih murah. Tujuan utama langkah ini adalah mendorong konsumsi, meningkatkan investasi, dan menghidupkan kembali aktivitas ekonomi ketika tanda-tanda perlambatan mulai muncul.

Keputusan memangkas bunga biasanya diambil ketika inflasi mulai melandai atau pertumbuhan ekonomi melemah. Dengan kata lain, The Fed berusaha mencegah terjadinya resesi dengan cara membuat masyarakat dan bisnis lebih mudah mengakses dana murah.

Bagaimana Pasar Tradisional Merespons?

Secara historis, penurunan suku bunga hampir selalu memberi sentimen positif ke pasar saham dan obligasi.

Pasar saham
Saat biaya pinjaman turun, perusahaan lebih leluasa membiayai ekspansi dan proyek baru. Hal ini bisa meningkatkan potensi keuntungan sehingga harga saham naik. Contoh nyata terjadi pada 2019, ketika The Fed memangkas suku bunga tiga kali. Akibatnya, indeks S&P 500 melonjak lebih dari 28% sepanjang tahun tersebut.

Pasar obligasi
Pemangkasan suku bunga juga berdampak besar pada obligasi. Ketika bunga turun, imbal hasil obligasi baru ikut turun. Sebaliknya, obligasi lama dengan bunga lebih tinggi menjadi semakin bernilai. Kondisi ini terlihat jelas pada 2020 ketika pandemi COVID-19 melanda. The Fed menurunkan suku bunga mendekati nol, dan pasar obligasi mengalami reli kuat karena investor mencari imbal hasil yang lebih menarik.

Secara sederhana, penurunan suku bunga membuat kedua pasar ini—saham dan obligasi—sama-sama bergerak positif, meskipun dengan cara yang berbeda.

Dampak Penurunan Suku Bunga terhadap Kripto

Meskipun kripto adalah pasar yang terdesentralisasi, faktanya aset digital ini tidak bisa lepas dari pengaruh kebijakan makroekonomi global. Likuiditas yang meningkat akibat suku bunga rendah sering kali “tumpah” ke pasar kripto.

Ketika bunga rendah, instrumen investasi tradisional seperti deposito dan obligasi menjadi kurang menarik. Investor pun mulai mencari alternatif dengan potensi keuntungan lebih tinggi. Inilah yang membuat kripto, terutama Bitcoin dan Ethereum, dilirik.

Contoh paling jelas terlihat pada 2020. Saat itu, The Fed memangkas suku bunga secara agresif. Bitcoin yang semula diperdagangkan di kisaran USD 7.000 pada April, melesat hingga menembus USD 28.000 pada Desember di tahun yang sama. Aliran dana segar dari investor ritel hingga institusi besar ikut mengerek harga kripto ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun, perlu dicatat bahwa likuiditas berlebih juga membawa risiko volatilitas tinggi. Pasar kripto terkenal dengan pergerakan harga yang ekstrem. Suku bunga rendah bisa memicu kenaikan cepat, tapi juga meningkatkan risiko gelembung harga yang sewaktu-waktu bisa pecah.

Kenapa Investor Kripto Perlu Mengikuti Keputusan The Fed?

Banyak yang mengira kebijakan The Fed hanya berpengaruh pada pasar saham atau obligasi. Padahal, kini investor besar seperti hedge fund dan manajer aset juga aktif masuk ke kripto. Artinya, strategi mereka dalam mengelola risiko selalu berkaitan erat dengan keputusan suku bunga.

Ketika The Fed menurunkan bunga, lembaga-lembaga besar ini bisa mengalihkan sebagian modalnya ke kripto sebagai bagian dari diversifikasi portofolio. Hal ini memperbesar permintaan dan berpotensi mendongkrak harga. Jadi, memahami arah kebijakan The Fed bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi setiap investor kripto.

Catatan Sejarah: Hubungan Suku Bunga dan Harga Bitcoin

Sejak awal kemunculannya, perjalanan Bitcoin tidak pernah lepas dari konteks kebijakan moneter global.

2008
Di tengah krisis keuangan global, The Fed menurunkan bunga hingga mendekati nol. Pada saat itulah Bitcoin lahir, sebagai respons terhadap rapuhnya sistem keuangan tradisional.

2019
The Fed memangkas bunga tiga kali. Harga Bitcoin yang semula USD 3.700 naik menjadi lebih dari USD 7.000.

2020
Pandemi membuat bunga dipangkas habis-habisan. Bitcoin pun meroket dari USD 7.000 menjadi USD 28.000 hanya dalam waktu delapan bulan.

Data historis ini menunjukkan bahwa kripto cenderung bergerak naik saat bunga rendah, meskipun tetap penuh risiko.

Konsekuensi Jangka Panjang

Jika dilihat dari sisi positif, bunga rendah bisa memperkuat peran Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Selain itu, derasnya aliran modal dapat mendorong inovasi di sektor blockchain dan DeFi (Decentralized Finance).

Namun, di sisi lain, kelebihan likuiditas juga berpotensi menciptakan gelembung harga. Pasar yang terlalu cepat naik bisa tiba-tiba terkoreksi tajam. Oleh karena itu, investor perlu bijak: memanfaatkan peluang kenaikan, tapi tetap sadar akan risiko.

Pemangkasan suku bunga The Fed bukan sekadar urusan Amerika Serikat, tetapi juga isu global yang ikut menentukan arah pasar saham, obligasi, hingga kripto. Bagi investor, terutama di aset digital, keputusan The Fed adalah sinyal penting yang bisa membuka peluang keuntungan sekaligus risiko besar.

#kripto

Index

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index